Jelang Ramadhan 2021, Stok Kebutuhan Pokok Gunungkidul Aman
Dalam persiapan jelang Ramadhan tahun 2021, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY kembali melaksanakan pantauan dengan sasaran pasar tradisional Argosari, Wonosari, Gunungkidul. Peninjauan ini dipimpin Plt. Kepala Biro Perekonomian dan SDA Setda DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti. Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Bupati Gunungkidul, Sunaryanta.
Pada dasarnya, kondisi dan ketersediaan stok kebutuhan pokok hampir sama dengan pasar tradisional lainnya di DIY seperti yang sudah terpantau sebelumnya yaitu Senin (22/3) di Imogiri, Kabupaten Bantul dan Selasa (23/3) di Pasar Gamping, Kabupaten Sleman.
Dari sisi harga, stok di Pasar Argosari tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan masih cenderung stabil. Hanya satu komoditi, yakni cabai yang harganya masih tinggi dan diharapkan dalam waktu dekat akan mengalami penurunan harga sampai dengan Rp100ribu per kilo untuk cabai rawit merah, yang semula berkisar dengan harga Rp120ribu hingga Rp130 ribu.
"Stok dalam kondisi aman, apalagi saat ini masih menghadapi daya beli masyarakat yang cenderung menurun akibat pandemi Covid-19, namun produksi masih tetap ada," tandas Ni Made.
Sementara itu, Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Probo Sukesih mengungkapkan bahwa BI telah menginisiasi program pasar lelang cabai yang berada di dua lokasi yaitu di Sleman dan Kulonp Progo. "Setiap malam dilakukan lelang, walaupun setiap hari produksinya selalu tetap ada. Kebutuhan cabai masih bisa dipenuhi oleh lokal DIY sendiri, walaupun hal tersebut sangat tergantung keinginan pedagangnya," ujar Probo.
Dikatakan Probo bahwa beberapa tahun belakangan, BI mempunyai binaan kepada para petani cabai di Sleman dan Kulon Progo, terkait pembibitan maupun penanaman sekaligus pemasarannya. Dari segi pemasarannya, telah dibangun beberapa pasar lelang bahkan secara digital dan merupakan yang pertama di Indonesia.
BI juga bekerjasama dengan panenin.id, melakukan pendataan baik untuk petani maupun distributornya dengan titik kumpulnya. Para petani menyetorkan stok yang mereka miliki untuk kemudian dilihat kondisinya oleh pembeli. Berdasarkan hal tersebut, kisaran harga akan dapat diketahui sehingga dapat dilakukan penawaran secara digital. "Dan pada malam itu juga akan dapat terlihat siapa pemenangnya. Dari hasil tersebut diharapkan produksinya dapat dijual 50% di wilayah DIY," tukas Probo.
HUMAS DIY