Sri Sultan Tinjau Pengklik dan Tirtorejo, Dukung Keterlibatan Petani Milenial
Sleman (03/04/2021) jogjaprov.go.id - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X berkunjung ke Desa Madurejo, Prambanan, Sleman, Sabtu (04/03) pagi. Sri Sultan meninjau lokasi Bendungan Tirtorejo dan Kawasan Wisata Pengklik.
Sebelum menuju Bendungan Tirtorejo dan Wisata Pengklik, Sri Sultan beserta rombongan menilik area persawahan seluas 1,3 hektar yang akan dijadikan pilot project petani millenial bekerjasama dengan Kompak Yo (Koperasi Milenial Petani Kreatif Yogyakarta).
"Dipertemukan dengan KompakYo bisa membawa perubahan untuk mindset petani di Madurejo. Sehingga terwujud Madurejo sebagai pilot project petani milenial," ungkap Sekretaris Desa Madurejo, Hartoto Wahyudi S.Si.
Ketua KompakYo, Adrian Leo Hadi Pradata menjelaskan peran KompakYo di Madurejo adalah sebagai inisiator pilot project konsep ekosistem pertanian di Yogyakarta. Pengklik dan Tirtorejo adalah percontohan awal untuk mengajak petani milenial turun ke lapangan secara langsung. Penjajakan ini sudah dilakukan satu tahun ke belakang disertai implementasi di lapangan.
"Kompak Yo diminta dan resmikan oleh Pak Gubernur dalam pembentukannya setelah kami dikirimkan ke Korea untuk belajar. Fokus kami adalah implementasi pertanian modern baik edukasi, proses dan pasca tani dalam pertanian. Mendorong regenerasi pertanian muda serta pengadaan e-commerce yang memfasilitasi petani dalam menjual hasil taninya, sehingga terjadi kestabilan pasokan dan harga pangan ke depannya," ujar Leo.
Bendungan Tirtorejo akan dikembangkan sebagai tempat wisata baru sekaligus pusat pengembangan dan kantor Kompak Yo. Menjadi laboratorium seluas 1,3 hektar yang kemudian jika berhasil akan dikembangkan di wilayah Madurejo.
Selanjutnya Sri Sultan beserta rombongan mengadakan dialog di wisata Pengklik, Desa Madurejo Prambanan, Sleman. Pada kesempatan tersebut, Hartoto memaparkan kondisi wilayah Kelurahan Madurejo dan rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh desa kepada Sri Sultan. Hartoto menjelaskan jika akan ada tiga program unggulan yang terus dikembangkan di Desa Madurejo.
"Swasembada pangan, potensi UMKM. UMKM di Madurejo ada sekitar 693 UMKM yang produktif. Harapannya tiga tahun kedepan semua UMKM bisa mendapatkan UMK dan didampingi oleh pemerintah kelurahan Madurejo," terang hartoto.
"Desa Madurejo juga memiliki potensi pariwisata, di mana nanti wilayah Prambanan secara tata ruang adalah kawasan panyangga wisata. Potensi wisata ini terus dikembangkan masyarakat. Total luas lahan ada 17, 2 hektar. Sudah sepakat antara pokdarwis dan kelompok tani akan menjadikan agrowisata," lanjutnya.
Wisata Pengklik diharapkan menjadi kawasan pusat kebudayaan Sleman Timur (Prambanan, Kalasan, Berbah). Madurejo menjadi kawasan penyangga wisata dengan potensi yang ada. Menanggapi potensi tersebut, Sri Sultan mendorong masyarakat madurejo untuk memanfaatkan program bantuan gubernur. Sri Sultan menjelaskan, bahwa tanah kas desa bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Agar masyarakat bisa lebih sejahtera dan terbebas dari kemiskinan.
"Kapanewon sini pun bisa minta bantuan gubernur. Kalau memang di pertanian ya kemungkinan masyarakat di sini yang tidak punya tanah, tapi dia sebetulnya petani, daripada tanahnya disewa orang lain untuk membuat kantor. Yang sejahtera orang lain bukan rakyatnya kapanewon sendiri. Biar yang tidak punya tanah bisa menanam tapi menyewa, ndak punya duit kan ada bantuan gubernur," ujar Sri Sultan.
Masyarakat bisa bekerjasa dengan Kompak Yo agar bisa meningkatkan pengetahuan dibidang pertanian dan meningkatkan produktifitas. Karena kebanyakan petani di Madurejo masih nyaman menggunakan metode lama, meskipun tidak memberikan hasil panen yang maksimal.
"Kerjasama dengan Kompak Yo misalnya, dengan bagi hasil yang penting wilayah ini bisa tumbuh. Setiap kapanewon atau kelurahan mendapatkan APBN baik untuk pebangunan mapun aspek yang lain, programnya sama dengan APBD. Yang sudah jadi model ada 30 desa budaya mandiri, (jika semuanya sukses) nanti seluruh kapanewon akan mendapat bantuan," ujar Sri Sultan.
Sri Sultan menegaskan jika dana bantuan tidak hanya bisa digunakan untuk melakukan pembangunan. Lebih baik jika digunakan untuk investasi. Misalnya pengembangan pertanian dan wisata yang hasilnya bisa terus dinikmati oleh warga desa.
"Masyarakat bisa menggunakan dana keistimewaan ke arah investasi supaya rakyat sejahtera dan tidak miskin. Bukan hanya pembangunan yang tidak mengangkat harkat dan martabat rakyatnya," lanjut Sri Sultan.
Pengelolaan dana tersebut bisa memanfaatkan karang taruna yang ada di desa. Anggota karang taruna rata-rata adalah mereka yang masih muda dan pendidikan tinggi, akan sangat disayangkan jika bekerja di tempat lain dan meninggalkan daerah sendiri.
"Bagaimana dia di dorong untuk bisa membangun daerahnya sendiri degan bantuan gubernur, desa budaya mandiri, pemberdayaan dan ada honorarium. jadi tidak hanya sosial terus juga butuh nikah dan punya anak," ungkap Sri Sultan.
Sri Sultan berharap tidak hanya bekerja sosial, pemuda desa yang tergabung di karang taruna juga bisa sejahtera dan mendapatkan pemasukan.
"Masyarakat Jogja ini tetap utuh karena modal sosialnya paling tinggi, jangan sampai lepas. Kita membangun dengan hati, tanggung jawab kita bersama untuk lebih sejahtera dan memperkecil gap kemiskinan, pendapatan merata," ujar Sri Sultan.
Jika desa tumbuh masyarakat juga tumbuh dan mampu mengurangi bahkan menghilangkan masyarakat miskin. Kesejahteraan bisa adil dan merata dengan sinergi dari masyarakat dan pemerintah.
Selain itu Kapanewon yang telah dibantu dengan dana keistimewaan diharapkan tidak hanya mandiri secara ekonomi namun juga tumbuh beradab. Memiliki aktivitas berkesenian, berdialog tentang bahasa Jawa, tulisan Jawa, dan terus nguri-uri peninggalan leluhur. Demi tumbuh dan berkembangnya Daerah Istimewa Yogyakarta. [wd]
HUMAS DIY